M Mashuri
M Mashuri sejarah kota malang
Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni : Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil, Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan dan Icwara yang berarti Tuhan. Dengan demikian Malangkucecwara berarti “TUHAN MENGHANCURKAN YANG BATHIL”.
Walaupun
nama Malang telah mendarah daging bagi penduduknya, tetapi nama tersebut
masih terus merupakan tanda tanya. Para ahli sejarah masih terus
menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas
pernyataan tersebut di atas. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa
hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang
tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa
merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri
diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni
prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu
tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak
sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih
belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci
itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di
sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang
bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus
dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat
sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang
lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di
daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat
ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama
Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata
Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh
banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah
tersebut, seperti candi Jago dan candi Kidal, yang keduanya merupakan
peninggalan zaman kerajaan Singasari.
Dari kedua
hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah
kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama
bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang
sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah
itu.
Sebuah
prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran,
Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis
sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu
pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di
atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………”
Dari bunyi
prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari
tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti tiu. Dari prasasti inilah
diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak
sejak abad 12 Masehi.
Hipotesa-hipotesa
terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa
nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi”
(dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin
meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah
Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat.
Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu
menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram.
Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya
karajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai
tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini,
setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah
kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah
Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur,
banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika
Islam menaklukkan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit
melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi
satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang
sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh
bernama Kutobedah di desa Kutobedah.
Adalah
Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah
ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari
penduduk daerah ini.
0 comments:
Post a Comment